Menurut bahasa, tabarruj adalah wanita
yang memamerkan keindahan dan perhiasannya kepada laki-laki (Ibnu Manzhur di
Lisanul Arab). Tabarrajatil mar’ah artinya wanita yang menampakkan
kecantikannya, lehernya, dan wajahnya. Ada yang mengatakan, maksudnya adalah
wanita yang menampakkan perhiasannya, wajahnya, kecantikannya kepada laki-laki
dengan maksud untuk membangkitkan nafsu syahwatnya.
Menurut syariah, tabarruj adalah setiap
perhiasan atau kecantikan yang ditujukan wanita kepada mata-mata orang yang
bukan muhrim. Termasuk orang yang mengenakan cadar, di mana seorang wanita
membungkus wajahnya, apabila warna-warnanya mencolok dan ditujukan agar
dinikmati orang lain, ini termasuk tabarruj jahiliyah terdahulu. Seperti yang
disinyalir ayat,
“Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu
dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah
yang dahulu dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan
Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu,
hai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya.” (Al-Ahzab: 33)
Allah melarang para wanita untuk
tabarruj setelah memerintahkan mereka menetap di rumah. Tetapi apabila ada
keperluan yang mengharuskan mereka keluar rumah, hendaknya tidak keluar sembari
mempertontonkan keindahan dan kecantikannya kepada laki-laki asing yang bukan
muhrimnya. Allah juga melarang mereka melakukan tabrruj seperti tabarrujnya
orang-orang jahiliyah terdahulu. Apa maksud tabarruj jahiliyah terdahulu itu?
Mujahid berkata, “Wanita dahulu keluar
dan berada di antara para laki-laki. Inilah maksud dari tabarruj jahiliyah
terdahulu.”
Qatadah berkata, “Wanita dahulu kalau
berjalan berlenggak-lenggok genit. Allah melarang hal ini.”
tabaruj td sudah dijelaskan mba diatas
Muqatil bin Hayyan berkata, “Maksud
tabarruj adalah wanita yang menanggalkan kerudungnya lalu nampaklah kalung dan
lehernya. Inilah tabarruj terdahulu di mana Allah melarang wanita-wanita
beriman untuk melakukannya.”
Ibnu Abu Najih meriwayatkan dari
Mujahid, “Janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang
Jahiliyah yang dahulu…” Dia (Mujahid) berkata, “Wanita dahulu
berjalan-jalan di hadapan kaum (laki-laki). Itulah tabarruj Jahiliyah.”
Ada yang mengatakan, yang dimaksud
jahiliyah pertama adalah jahiliyah sebelum Islam, sedangkan jahiliyah kedua
adalah umat Islam yang melakukan perbuatan jahiliyah pertama.
Sedangkan pengertian ikhtilath secara
bahasa adalah bercampurnya dua hal atau lebih. Ikhtilath dalam pengertian
syar’i maksudnya bercampur-baurnya perempuan dan laki-laki yang bukan muhrim di
sebuah momen dan forum yang tidak dibenarkan oleh Islam.
Al-Qur’an memberikan arahan kepada
wanita bagaimana seharusnya mereka bersikap, bersuara dan bergaul dengan lawan
jenisnya. Allah berfirman,
“Hai istri-istri nabi, kamu sekalian
tidaklah seperti wanita yang lain, jika kamu bertakwa. Maka janganlah kamu
tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam
hatinya dan ucapkanlah perkataan yang baik.” (Al-Ahzab: 32)
Sekarang ini pemandangan wanita
tabarruj menjadi biasa, termasuk di negeri-negeri muslim. Dunia entertainmen
memiliki peran besar dalam mensosialisasikan budaya tabarruj. Ikhtilath juga
tidak bisa dipisahkan dari budaya mereka. Seorang pemuda akan dipandang aneh jika
tidak memiliki teman-teman wanita. Lebih jauh, pergaulan bebas semakin
membudaya.
Tabarruj dan Ikhtilah adalah konspirasi
musuh-musuh Islam
Tabarruj dan ikhtilath merupakan
tradisi Yahudi, ini nampak dalam Protokoler mereka, wajib bagi mereka untuk
menundukkan semua bangsa dengan cara memerangi akhlak dan memporak-porandakan
nilai-nilai keluarga dengan berbagai sarana yang ada. Lalu mereka menemukan
bahwa sarana yang paling efektif untuk menyerang basis keluarga adalah dengan
cara merangsang mereka melakukan kejahatan dan merangsang nafsu syahwat. Racun
ini lalu mereka sebarkan melalui berbagai media, film, koran, majalah.
Kita sekarang hidup di zaman banyak dan
beragam fitnah dan godaan, karena interaksi kita dengan dunia luar, misal
melalui media masa audio maupun visual. Wanita dibiarkan berkeliaran ke mana
saja tanpa batas dan bergaul dengan siapa saja serta dengan dandanan model
zamannya, membuka aurat, dengan kosmetik dan parfum yang menarik perhatian
Acap kali kita menyaksikan, bahkan
seorang gadis belia keluar dari rumahnya tanpa didampingi oleh muhrimnya,
bertemu dengan siapa saja tanpa pantauan kedua orang tuanya. Wanita berbicara
melalui telepon hingga berjam-jam tanpa diketahui oleh walinya. Di waktu siang
maupun malam tidak jarang dijumpai wanita berada di luar rumah, bukan untuk suatu kepentingan belanja atau
urusan keluarganya, semata-mata untuk mencari sensasi. Kemudian ia bergabung
dalam kerumunan laki-laki dan perempuan. Hampir bisa dipastikan bahwa tujuan
keluar rumah adalah sengaja menyebarkan fitnah dan menggoda mata laki-laki. Sementara
orang tuanya, kakak dan adiknya tenang berada di rumah.
Bahaya Tabarruj dan Ikhtilath
Berikut ini beberapa hal yang berkaitan
dengan bahaya tabarruj dan ikhtilah bagi, diri, keluarga, dan masyarakat.
1. Tabarruj dan ikhtilath adalah maksiat kepada
Allah dan Rasul-Nya
“Setiap umatku akan masuk surga kecuali yang tidak
mau.” Mereka (sahabat) bertanya, “Ya Rasulullah, siapakah yang tidak mau?”
Beliau bersabda, “Barangsiapa taat kepadaku akan masuk surga dan barangsiapa
bermaksiat kepadaku ia orang yang tidak mau.” (H.R. Bukhari)
2. Tabarruj dan ikhtilath termasuk dosa besar
Karena kedua hal ini merupakan sarana
paling kuat terhadap perbuatan zina. Di riwayat yang shahih dari Ahmad
diceritakan bahwa Umaimah binti Raqiqah datang kepada Rasulullah saw. Untuk
berbaiat kepada beliau dalam membela Islam. Beliau bersabda,
“Aku membaiatmu agar kamu tidak
menyekutukan Allah dengan sesuatu, tidak mencuri, tidak berzina, tidak membunuh
anakmu, tidak melakukan kebohongan dari hadapanmu (karena perbuatan lisan dan
kemaluan), tidak meratapi (orang mati), dan tidak tabarruj dengan tabarruj
jahiliyah pertama.” (H.R. Bukhari)
3. Tabarruj dan Ikhtilath mendatangkan laknat
Di Mustadrak Al-Hakim dan di Musnad
Imam Ahmad dari Abdullah bin Umar Rasulullah saw bersabda,
“Akan datang di akhir umatku nanti
laki-laki yang naik pelana (mewah) layaknya laki-laki yang turun ke pintu-pintu
masjid, wanita-wanita mereka mengenakan pakaian namun telanjang, di kepala
mereka seperti punuk unta kurus. Kutuklah wanita-wanita itu karena sesungguhnya
mereka itu terkutuk. Jika setelah kalian ada kaum, tentu wanita-wanita kalian
akan melayani wanita-wanita mereka sebagaimana wanita-wanita kaum terdahulu
melayani kalian.”
4. Tabarruj temasuk sifat penghuni neraka
Abu Hurairah berkata, Rasulullah saw
bersabda,
“Ada dua golongan penduduk neraka yang
belum aku lihat sekarang ini. Satu kaum yang bersama mereka cambuk-cambuk
seperti ekor sapi yang dipakai untuk memukul orang. Wanita-wanita mereka
berpakaian namun telanjang, bergaya pundak mereka dan berpaling dari kebenaran.
Kepala mereka seperti punuk unta kurus, mereka tidak masuk surga dan tidak
mencium baunya. Padahal baunya tercium dari jarak perjalanan sekian dan
sekian.” (H.R. Muslim)
5. Tabarruj adalah Kemunafikan yang akan
Mendatangkan Kegelapan di hari Kiamat
Al-Baihaqi meriwayatkan sabda
Rasulullah saw. dengan sanad shahih,
“Sebaik-baik wanita kalian adalah yang
penyayang, yang banyak melahirkan, yang cocok (dengan suaminya) jika mereka
bertakwa kepada Allah. Dan seburuk-buruk wanita adalah yang tabarruj dan
sombong. Mereka itulah orang-orang munafik. Tidak akan masuk surga salah
seorang di antara mereka kecuali seperti gagak putih.” (Baihaqi)
6. Tabarruj dan ikhtilath menodai kehormatan
keluarga dan masyarakat
Diriwayatkan dari Nabi saw. bahwa beliau bersabda,
“Ada tiga orang yang, kamu jangan bertanya kepada mereka: seseorang yang keluar dari jamaah dan durhaka kepada imamnya lalu mati dalam keadaan bermaksiat, seorang budak perempuan dan laki-laki yang berlari (dari tuannya) kemudian ia mati, dan seorang wanita ditinggal keluar oleh suaminya dan telah dicukupi kebutuhan dunianya lalu ia bertabarruj setelah itu. Maka jangan bertanya kepada mereka.” (H.R. Ahmad)
“Ada tiga orang yang, kamu jangan bertanya kepada mereka: seseorang yang keluar dari jamaah dan durhaka kepada imamnya lalu mati dalam keadaan bermaksiat, seorang budak perempuan dan laki-laki yang berlari (dari tuannya) kemudian ia mati, dan seorang wanita ditinggal keluar oleh suaminya dan telah dicukupi kebutuhan dunianya lalu ia bertabarruj setelah itu. Maka jangan bertanya kepada mereka.” (H.R. Ahmad)
7. Tabarruj adalah sunnah Iblis
Jika menutup aurat dan berhijab serta
menjaga diri dan kehormatan adalah sunnah Nabi saw. Maka tabarruj dan ikhtilath
adalah sunnah Iblis, di mana sasaran godaan pertama terhadap manusia adalah
agar auratnya terbuka. Allah mewanti-wanti hal ini kepada kita agar kita tidak
terfitnah oleh tipu daya Iblis
Allah berfirman, :
“Hai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh syaitan sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu bapamu dari surga, ia menanggalkan dari keduanya pakaiannya untuk memperlihatkan kepada keduanya ‘auratnya. Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dan suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya kami telah menjadikan syetan-syetan itu pemimpin-pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman.” (Al-A’raf: 27).
“Hai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh syaitan sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu bapamu dari surga, ia menanggalkan dari keduanya pakaiannya untuk memperlihatkan kepada keduanya ‘auratnya. Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dan suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya kami telah menjadikan syetan-syetan itu pemimpin-pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman.” (Al-A’raf: 27).
8. Tabarruj dan Ikhtilath adalah Permulaan Zina
Setiap kali penyimpangan terjadi akan
melahirkan penyimpangan lain yang lebih besar. Ketika wanita tidak menutup
auratnya dan tidak menjaga kehormatannya dengan bercampur bersama laki-laki
yang bukan muhrimnya, terlebih dengan dandanan yang menyebar fitnah, rasa malu
sudah sirna dan ghirah laki-laki mulai tiada, maka hal-hal haram menjadi mudah
dilakukan bahkan dosa-dosa besar menjadi hal yang biasa dan wajar. Termasuk di
antara
9. Tabarruj dan Ikhtilath mengundang Siksaan Allah
Di hadits riwayat Ibnu Majah Rasulullah
saw bersabda,
“Tidaklah nampak kebejatan di antara
kaum Luth sampai mereka terang-terangan (melakukannya) kecuali setelah itu
tersebarlah penyakit kolera dan kelaparan yang belum pernah terjadi pada
pendahulu mereka.” (Ibnu Majah).
Secara umum, kemaksiatan kerap kali
menjadi penyebab terjadinya berbagai musibah. Seperti yang Allah sinyalir dalam
Al-Qur’an,
“Dan jika kami hendak membinasakan
suatu negeri, maka kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di
negeri itu (supaya mentaati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam
negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan
kami), kemudian kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya.” (Al-Isra’: 16)
Tentu saja yang akan terkena dampaknya
tidak hanya pelaku kemaksiatan, kaum mutabarrijat dan mereka tidak ada hijab
dalam hubungan antar lawan jenis. Semua orang yang ada di sebuah komunitas akan
terkena dampaknya. Maka kewajiban bagi semuanya adalah mencegah terjadinya
berbagai kemaksiatan dan kemungkaran sebisa mungkin. Para ulama dan pemimpin
menjadi penanggung jawab utama sebelum yang lain dalam menegakkan amar ma’ruf
nahi mungkar.
Abu Bakar As-Shidiq meriwayatkan bahwa
ia mendengar sabda Rasulullah saw,
“Jika manusia melihat kemungkaran lalu
tidak merubahnya, hampir Allah meratakan siksanya kepada mereka semua.”
(Diriwayatkan Empat Imam dan dinilai shahih oleh Ibnu Hibban)
0 comments:
Posting Komentar