Ini cerita
tentang Fathimah, seorang gadis kecil yang ceria berusia Lima tahun. Pada
suatu sore, Fathimah menemani Ibunya berbelanja di suatu supermarket. Ketika
sedang menunggu giliran membayar, Fathimah melihat sebentuk kalung mutiara mungil
berwarna putih berkilauan, tergantung dalam sebuah kotak berwarna pink yang
sangat cantik.
Kalung itu
nampak begitu indah, sehingga Fathimah sangat ingin memilikinya. Tapi... Dia tahu,
pasti Ibunya akan berkeberatan. Seperti biasanya, sebelum berangkat ke
supermarket dia sudah berjanji tidak akan meminta apapun selain yang sudah
disetujui untuk dibeli.
Dan tadi Ibunya
sudah menyetujui untuk membelikannya kaos kaki ber-renda yang cantik. Namun
karena kalung itu sangat indah, diberanikannya bertanya.
"Ibu,
bolehkah Fathimah memiliki kalung ini? Ibu boleh kembalikan kaos kaki yang tadi...
"
Sang Bunda segera
mengambil kotak kalung dari tangan Fathimah. Dibaliknya tertera harga Rp 15,000.
Dilihatnya mata Fathimah yang memandangnya dengan penuh harap dan cemas. Sebenarnya dia bisa saja
langsung membelikan kalung itu, namun ia tak mau bersikap tidak konsisten...
"Baiklah ... Fathimah, kamu boleh memiliki Kalung ini. Tapi kembalikan kaos kaki yang kau pilih
tadi. Dan karena harga kalung ini lebih mahal dari kaos kaki itu, Ibu akan
potong uang tabunganmu untuk minggu depan. Setuju ?"
Fathimah mengangguk lega, dan segera berlari riang mengembalikan kaos kaki ke raknya.
"Terimakasih..., Ibu"
Fathimah sangat
menyukai dan menyayangi kalung mutiaranya. Menurutnya, kalung itu membuatnya
nampak cantik dan dewasa. Dia merasa secantik Ibunya. Kalung itu tak pernah
lepas dari lehernya, bahkan ketika tidur.
Kalung itu
hanya dilepasnya jika dia mandi atau berenang. Sebab,kata ibunya, jika basah,
kalung itu akan rusak, dan membuat lehernya menjadi hijau...
Setiap malam
sebelum tidur, ayah Fathimah membacakan cerita pengantar tidur. Pada suatu malam,
ketika selesai membacakan sebuah cerita,
Ayah bertanya
"Fathimah..., Fathimah sayang Enggak sama Ayah ?"
"Tentu
dong... Ayah pasti tahu kalau Fathimah sayang Ayah !"
"Kalau
begitu, berikan kepada Ayah kalung mutiaramu...
"Yah...,
jangan dong Ayah ! Ayah boleh ambil "si Ratu" boneka kuda dari
nenek... ! Itu kesayanganku juga
"Ya
sudahlah sayang,... ngga apa-apa !". Ayah mencium pipi Fatimah sebelum
keluar dari kamar Fathimah.
Kira-kira
seminggu berikutnya, setelah selesai membacakan cerita, Ayah bertanya lagi,
"Fathimah..., Fathimah sayang nggak sih, sama Ayah?"
"Ayah,
Ayah tahu bukan kalau Fathimah sayang sekali pada Ayah?".
"Kalau
begitu, berikan pada Ayah Kalung mutiaramu."
"Jangan
Ayah... Tapi kalau Ayah mau, Ayah boleh ambil boneka Barbie ini.."Kata Fathimah seraya menyerahkan boneka Barbie yang selalu menemaninya bermain.
Beberapa malam
kemudian, ketika Ayah masuk ke kamarnya, Fathimah sedang duduk di atas tempat
tidurnya. Ketika didekati, Fathimah rupanya sedang menangis diam-diam. Kedua
tangannya tergenggam di atas pangkuan. air mata membasahi pipinya..."Ada
apa Fathimah, kenapa Fathimah ?" Tanpa berucap sepatah pun, Fathimah membuka
tangannya.
Di dalamnya
melingkar cantik kalung mutiara kesayangannya" Kalau Ayah mau...ambillah
kalung Fathimah"
Ayah tersenyum
mengerti, diambilnya kalung itu dari tangan mungil Fathimah. Kalung itu dimasukkan
ke dalam kantong celana. Dan dari kantong yang satunya, dikeluarkan sebentuk
kalung mutiara putih...sama cantiknya dengan kalung yang sangat disayangi
Anisa..."Fathimah... ini untuk Fathimah. Sama bukan ? Memang begitu nampaknya,
tapi kalung ini tidak akan membuat lehermu menjadi hijau"
Ya..., ternyata
Ayah memberikan kalung mutiara asli untuk menggantikan kalung mutiara imitasi Fahimah.
Demikian pula
halnya dengan Allah S.W.T. terkadang Dia meminta sesuatu dari kita, karena Dia
berkenan untuk menggantikannya dengan yang lebih baik. Namun, kadang-kadang
kita seperti atau bahkan lebih naif dari Fathimah : Menggenggam erat sesuatu yang
kita anggap amat berharga, dan oleh karenanya tidak ikhlas bila harus
kehilangan. Untuk itulah perlunya sikap ikhlas, karena kita yakin tidak akan
Allah mengambil sesuatu dari kita jika tidak akan menggantinya dengan yang
lebih baik.
Sumber : Daarut
tauhiid
0 comments:
Posting Komentar