Segala puji hanya bagi Allah. Sholawat dan salam semoga selalu
tercurahkan kepada hamba dan utusan-Nya Muhammad, juga kepada keluarga
dan para sahabatnya. Amma ba’du:
Para pembaca sekalian, tidak ada seorang pun dari kalian kecuali dia
akan dibangkitkan oleh Tuhannya setelah mati. Dan ia akan ditanya serta
dihisab tentang segala apa yang telah ia kerjakan di dunia ini. Dan
salah satu hal yang akan ditanyakan kepada seorang hamba adalah
bagaimana ia memelihara dan mendidik istri dan anaknya.
Berkenaan dengan ini, Rasulullah shollallaahu’alayhiwasallam
bersabda: “Seorang laki-laki itu adalah pemimpin dalam keluarganya dan
akan ditanya tentang orang-orang yang dipimpinnya. Dan seorang perempuan
itu adalah pemimpin di dalam rumah suaminya dan akan ditanya tentang
orang-orang yang dipimpinnya” (al hadits).
Pembicaraan tentang pendidikan itu akan memiliki sedemikian banyak
cabang. Namun di sini saya hanya akan membatasi diri pada hal yang
berkaitan dengan pendidikan anak-anak putri secara khusus. Karena
pentingnya kedudukan mereka, dan besarnya pengaruh mereka dalam moral
dan perilaku masyarakat. Sesungguhnya kalau seorang putri itu tumbuh
besar, ia akan menjadi seorang istri, atau ibu atau guru atau
peran-peran kehidupan lainnya yang akan ia nanti. Maka apabila ia baik,
baik pula sedemikian banyak hal. Namun kalau ia rusak, rusak pula
sedemikian banyak hal. Poin inti pembahasan singkat ini adalah sebagai
berikut:
Keutamaan anak-anak perempuan dan penghapusan sikap penghinaan yang jahiliy
Kalau kita amati kitab Allah, kita dapati bahwa Allah mencela
sedemikian keras orang-orang jahiliyah terdahulu. Yaitu ketika salah
seorang dari mereka diberikan kabar gembira bahwa telah lahir untuknya
seorang anak perempuan, ia menjadi merasa sedemikian tidak suka.
Wajahnya menghitam dan hatinya begitu memendam amarah. Lalu ia menjadi
malu terhadap kaumnya sehingga ia menutup diri dari mereka. Kemudian ia
mulai membisiki dirinya sendiri, apakah akan ia kubur putrinya itu
hidup-hidup ataukah ia biarkan saja dengan keadaan hina. Allah mencela
mereka sedemikian keras atas perbuatan tersebut. Dan perasaan-perasaan
jahiliyyah seperti ini masih saja ada pada hati sebagian laki-laki
apalagi kalau istrinya telah banyak melahirkan anak perempuan, sedangkan
seorang istri itu hanyalah seperti hamparan tanah yang menumbuhkan
benih yang disebarkan oleh penanam. Bahkan kadangkala ada yang sampai
menceraikan istrinya setelah persalinan, kita berlindung kepada Allah
dari kebodohan dan kepandiran.
Pada masa jahiliyah dulu, perempuan tidak dianggap apa-apa.
Sampai-sampai seorang ayah bisa mengubur putrinya hidup-hidup sedang ia
sendiri memelihara anjingnya dan memberi makan ternaknya. Maka Allah
menghapuskan cara pandang yang merendahkan ini dan meninggikan kedudukan
perempuan serta menempatkannya pada posisinya yang alami dan sesuai
dengan mewajibkan laki-laki untuk memenuhi hak-hak perempuan dan
mewajibkan perempuan untuk menunaikan kewajiban-kewajiban mereka. Oleh
karenanya Allah mengarahkan perkataan-Nya kepada perempuan sebagaimana
Ia mengarahkan perkataan-Nya kepada laki-laki, baik untuk memberikan
perintah atau larangan. Dan Allah mengkhususkan perempuan dengan
hukum-hukum yang sesuai dengan mereka dan cocok dengan fitrah mereka.
Sesungguhnya melahirkan itu adalah perkara yang telah Allah
takdirkan. Yaitu perkara yang hanya ada di tangan Allah. Ia memberi anak
perempuan kepada siapa saja yang Ia kehendaki dan memberi anak
laki-laki kepada siapa saja yang Ia kehendaki. Atau Ia memberi anak
laki-laki dan perempuan sekaligus untuk sebagian orang yang lain. Dan Ia
menguji sebagian yang lain dengan kemandulan.
Allah berfirman:
يَهَبُ لِمَنْ يَشَاءُ إِنَاثًا وَيَهَبُ لِمَن يَشَاءُ الذُّكُورَ .
أَوْ يُزَوِّجُهُمْ ذُكْرَانًا وَإِنَاثًا وَيَجْعَلُ مَن يَشَاءُ عَقِيمًا
Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi, Dia menciptakan apa
yang Dia kehendaki. Dia memberikan anak-anak perempuan kepada siapa yang
Dia kehendaki dan memberikan anak-anak lelaki kepada siapa yang Dia
kehendaki, atau Dia menganugerahkan kedua jenis laki-laki dan perempuan
(kepada siapa) yang dikehendaki-Nya, dan Dia menjadikan mandul siapa
yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa.
(Q.S.42:49-50)
Perhatikanlah bagaimana Allah mendahulukan penyebutan anak-anak
perempuan dan mengakhirkan penyebutan anak-anak lelaki, sebagai
sanggahan atas mereka yang menghinakan kedudukan anak-anak perempuan dan
memandang rendah derajat mereka serta tidak menganggap mereka apa-apa.
Oleh karena itu bersikap ridholah dengan apa yang telah Allah bagikan
untukmu. Karena sesungguhnya engkau tidak tahu di mana kebaikan itu?!
Berapa banyak para ayah yang sedemikian senang saat diberikan kabar
gembira dengan datangnya seorang anak laki-laki, tapi kemudian anaknya
itu menjadi musibah besar baginya dan menjadi sebab kesulitan hidup dan
panjangnya rasa duka dan sedihnya. Dan berapa banyak para ayah yang
kecewa saat diberikan kabar gembira tentang kedatangan seorang anak
perempuan, sedang ia menanti-nanti anak laki-laki, namun kemudian anak
perempuannya itu menjadi anak yang mengurusnya dengan tangan yang penuh
kelembutan dan hati yang penuh kasih sayang serta menjadi orang yang
menolongnya di masa-masa sulit.
Dari sini kita bisa mengetahui bahwa hakikat penyejuk mata bukanlah
pada keadaan anak yang dilahirkan itu adalah laki-lakia atau perempuan.
Akan tetapi penyejuk mata sesungguhnya adalah apabila anak tersebut
menjadi keturunan yang sholih dan baik, baik itu laki-laki ataupun
perempuan.
Allah berfirman ketika menyifati para ‘Ibaadurrohman (hamba-hamba Allah Yang Maha Rahman):
هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
“..anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami
sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang
yang bertakwa.” (Q.S.25:74)
# Berbuat baik kepada anak-anak perempuan, bentuk dan caranya #
Saudaraku sesama muslim,
Kalau Allah mengaruniakanmu seorang anak perempuan, maka baik-baiklah
dalam mendidiknya, menafkahinya dan memperlakukannya dengan mengharap
balasan dari Allah untuk itu semua. Tidakkah engkau tahu ganjaran apa
yang akan engkau dapatkan dari Allah kalau engkau melakukan semua itu?
Kalau engkau lakukan semua itu, maka engkau akan bersama Rasulullah
shollallahu’alayhiwasallam di akhirat.
Di dalam hadis, Rasulullah shollallahu’alayhiwasallam bersabda:
“Barangsiapa yang menafkahi dua orang anak perempuan sampai keduanya
baligh, ia akan datang pada hari kiamat, dengan keadaan aku dan dia
(lalu beliau menghimpun jari jemari beliau). Diriwayatkan oleh Muslim.
Dan Rasulullah shollallahu’alayhiwasallam bersabda: “Barangsiapa yang
diberikan ujian dengan sesuatu melalui anak-anak perempuan ini, lalu
ia memperlakukan mereka dengan baik, maka mereka akan menjadi
penghalang untuknya dari api neraka”. Muttafaqun ‘alayhi.
Dan perlakuan baik kepada mereka itu dengan banyak hal. Di antaranya:
* Baik dalam memilih ibu untuk mereka. Ini adalah bentuk pertama
perlakuan baik terhadap anak-anak. Karena baiknya itu merupakan salah
satu sebab baiknya anak-anak -insya Allah. Berapa banyak anak-anak yang
Allah jaga dengan kebaikan orangtua mereka.
* Baik dalam memilihkan nama untuk mereka. Karena nama itu mempunyai
pengaruh terhadap penyandangnya. Dan nama itu bermacam-macam. Ada yang
mustahab, ada yang boleh, ada yang makruh dan ada yang diharamkan.
Kebanyakan orang sekarang, hanya mau mencari nama yang baru (tidak umum
-pent) tanpa melihat kandungan makna dan hukumnya.
Berapa banyak anak perempuan yang menyandang nama yang bermakna
buruk?! Berapa banyak anak perempuan yang menyandang nama ‘ajam
(non-arab) padahal dia keturunan orang arab dan hidup di lingkungan
arab!?
* Mencukupi kebutuhan tubuhnya: makanan, pakaian dan obat. Mencari
usaha untuk tujuan ini adalah salah satu sebab masuk surga. Pernah ada
seorang perempuan yang masuk menemui Aisyah rodhiyallaahu’anhaa bersama
dua putrinya. Perempuan itu fakir dan sudah tak bersuami. Aisyah
berkata: “Ia meminta makanan kepadaku. Maka yang ada padaku hanyalah
sebutir kurma. Ia pun mengambilnya dan membaginya untuk dua putrinya
sedang ia tidak makan apa-apa. Kemudian ia berdiri dan keluar bersama
dua putrinya. Datanglah Rasulullah shollallaahu’alayhiwasallam dan aku
ceritakan kepada beliau kejadian tersebut. Beliau berkata: “Sesungguhnya
Allah telah memastikan untuknya surga dengan perbuatannya itu, dan
membebaskannya dari api neraka”. Diriwayatkan oleh Bukhori dan Muslim.
* Memuliakan mereka, bersikap lembut dan sayang kepada mereka.
Rasulullah shollallaahu’alayhiwasallam itu, kalau Fatimah masuk
menemui beliau, beliau berkata: “Selamat datang putriku”. Suatu hari
beliau sholat bersama orang banyak sambil menggendong Umamah cucu
beliau dari Zainab. Maka kalau beliau ruku’, Umamah diletakkan. Dan
kalau beliau bangun, Umamah digendong. Seolah-olah tidak ada satupun
orang yang akan mengurus Zainab, sehingga beliau khawatir terhadapnya.
Atau hal itu beliau lakukan untuk mengajarkan orang banyak agar mereka
mengikut petunjuk beliau shollallaahu’alayhiwasallam.
Rasulullah shollallaahu’alayhiwasallam termasuk orang yang paling
sayang dengan anak-anak secara umum, baik mereka itu laki-laki ataupun
perempuan. Beliau mencium mereka, mengusap kepala mereka, mendoakan
mereka dan bermain-main dengan mereka. Hal-hal seperti ini sangat baik
sekali.
Ketika seorang anak perempuan semakin besar, ia semakin membutuhkan
perasaan dihargai dan dihormati. Kalau kebutuhan ini tercukupi dan di
rumah orang tuanya ia merasa mempunyai nilai dan kedudukan, maka itu
adalah sebab utama kestabilan dan ketenangan jiwanya dan kebaikan
keadaannya.
Akan tetapi kalau ia mendapatkan hinaan dan ketidakpedulian, dan ia
hanya diperlakukan dengan bahasa perintah dan larangan serta suruhan
melayani, itu akan membuatnya menaruh kebencian terhadap rumah dan
keluarganya. Bisa saja kemudian syetan membisikinya sehingga kemudian ia
mencari kelembutan dan kasih sayang yang tidak ia dapatkan dengan
menempuh cara-cara haram. Dan itu menyebabkannya jatuh ke jurang yang
dalam dan hanya Allah yang Maha Tahu di mana dasarnya.
* Bersikap adil terhadapnya dan saudara-saudaranya yang laki-laki
ataupun yang perempuan. Karena perasaan dizolimi yang ia alami dan sikap
lebih banyak berpihak kepada selain dirinya daripada kepada dirinya,
menanamkan rasa benci di dalam dirinya terhadap orangtua, dan rasa
dengki kepada saudara atau saudari yang dilebihkan. Maka bertakwalah
kepada Allah dan bersikap adillah kepada anak-anak kalian. Baik dalam
nafkah, yaitu dengan memberi masing-masing sesuai kebutuhannya. Atau
dalam hibah, yaitu dengan memberi anak laki-laki sebesar dua jatah anak
perempuan. Dan kalau dipukul rata di antara mereka dalam jatah hibah
tersebut, maka itu juga baik.
* Mendidiknya dengan pendidikan islami dan mengawasinya sejak usia
awal. Mendidiknya dengan adab-adab memohon izin, adab-adab makan dan
minum, adab-adab berpakaian, menuntunnya mengucapkan beberapa ayat Al
Quran yang mudah dan beberapa dzikir yang masyru’, mengajarinya berwudhu
dan sholat serta memerintahkannya untuk melaksanakan sholat pada usia
tujuh tahun dan mengharuskannya kalau sudah berusia sepuluh tahun.
Kalau ia tumbuh di atas kebaikan, maka ia akan terbiasa dengan kebaikan
itu dan mencintainya. Ia pun akan mudah beriltizam dan teguh dengan
kebaikan tersebut.
* Mengajari dan melatihnya dengan hal-hal yang akan ia butuhkan
setelah berumah tangga. Seperti adab-adab memperlakukan suami, mengurusi
rumah mulai dari memasak, bersih-bersih dan sebagainya. Ada beberapa
kekeluarga yang menyepelekan hal ini. Sehingga ketika gadis itu pindah
ke rumah suaminya, ternyata ia tidak bisa memasak, tidak bisa mengurus
suami dan sebagainya. Dan bisa jadi suaminya itu bukan orang yang
penyabar dan cepat marah, maka muncullah problem-problem dalam waktu
yang masih sangat dini. Dan bisa juga itu berakhir dengan perceraian.
* Segera menikahkannya kalau dia telah sudah cukup dewasa dan ada
seorang laki-laki yang baik agamanya, amanahnya dan akhlaknya, yang
datang untuk melamar sedang gadis itu juga menyukainya. Sesungguhnya ini
adalah perlakuan baik yang paling besar. Karena terlambatmenikahnya
seorang gadis adalah salah satu sebab utama penyimpangan dari jalan yang
lurus. Lebih-lebih di zaman sekarang ini.
Dan urusan pernikahan gadis tersebut hendaknya dipermudah oleh
walinya, seperti maskawin dan keperluan-keperluan lain. Semua itu
termasuk hal-hal yang memotivasi para lelaki yang akan datang melamarnya
dan melamar saudari-saudarinya setelahnya. Dan hendaknya setiap
keluarga berhati-hati dalam mengakhirkan pernikahan putri mereka dengan
alasan menyelesaikan studi atau dengan alasan bahwa putri mereka masih
kecil dan alasan-alasan lain yang lemah karena itu adalah perkara yang
hanya akan memberi akibat buruk dalam masyarakat.
* Secara rutin mengunjunginya setelah menikah, menengok
kebutuhan-kebutuhannya dan mengatasi kesulitan-kesulitan yang ia hadapi
serta menyertainya dalam suka dan duka. Dan setiap keluarga, terutama
ibu, hendaknya berjaga-jaga untuk tidak langsung mencampuri kehidupan
putrinya. Karena kalau ia sering mencampuri urusannya, hal itu bisa
menghancurkan kehidupan rumah tangga putrinya sendiri.
Cara-cara pencegahan hal-hal berbahaya di zaman ini:
Bukanlah suatu hal yang samar untukmu, wahai saudaraku sesama muslim,
bahwa kita hidup di zaman yang begitu banyak fitnahnya. Dan di
dalamnya tersedia berbagai macam jalan kerusakan dan kesesatan yang
belum pernah ada di masa-masa yang lalu. Hal ini semakin mempertegas
betapa besarnya tanggung jawabmu, dan mengharuskan peningkatan upaya
dalam mendidik, membimbing dan mengarahkan serta menempuh sebab-sebab
keselamatan. Di antara cara pencegahannya
secara ringkas adalah:
* Keistiqomahan dan kesalehan ayah dan ibu. Karena kesalehan orangtua
termasuk salah satu sebab agar Allah menjaga keturunan mereka.
Sebagaimana yang Ia firmankan dalam surat Al Kahfi dalam kisah Musa dan
Khidir:
حَتَّى إِذَا أَتَيَا أَهْلَ قَرْيَةٍ اسْتَطْعَمَا أَهْلَهَا فَأَبَوْا
أَن يُضَيِّفُوهُمَا فَوَجَدَا فِيهَا جِدَارًا يُرِيدُ أَنْ يَنقَضَّ
فَأَقَامَهُ قَالَ لَوْ شِئْتَ
لاتَّخَذْتَ عَلَيْهِ أَجْرًا
“..hingga tatkala keduanya sampai kepada penduduk suatu negeri,
mereka minta dijamu kepada penduduk negeri itu, tetapi penduduk negeri
itu tidak mau menjamu mereka, kemudian keduanya mendapatkan dalam negeri
itu dinding rumah yang hampir roboh, maka Khidhr menegakkan dinding
itu. Musa berkata: “Jikalau kamu mau, niscaya kamu mengambil upah untuk
itu”. (Q.S.18:77)
Setelah itu Khidir berkata menjelaskan sebab mengapa ia memperbaiki dinding itu tanpa mengambil upah:
وَأَمَّا الْجِدَارُ فَكَانَ لِغُلامَيْنِ يَتِيمَيْنِ فِي الْمَدِينَةِ
وَكَانَ تَحْتَهُ كَنزٌ لَّهُمَا وَكَانَ أَبُوهُمَا صَالِحًا فَأَرَادَ
رَبُّكَ أَنْ يَبْلُغَا
أَشُدَّهُمَا وَيَسْتَخْرِجَا كَنزَهُمَا رَحْمَةً مِّن رَّبِّكَ
“Adapun dinding rumah adalah kepunyaan dua orang anak yatim di kota
itu, dan di bawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua, sedang
ayahnya adalah seorang yang saleh, maka Tuhanmu menghendaki agar
supaya mereka sampai kepada kedewasaannya dan mengeluarkan simpanannya
itu, sebagai rahmat dari Tuhanmu;..” (Q.S.18:82)
Maka Allah menjaga dua anak itu dengan kesalehan orangtua mereka.
* Memperhatikan perkara do’a. Karena do’a itu mempunyai pengaruh yang
besar. Rintihan dan permohonan kedua orangtua kepada Allah agar Ia
memperbaiki keadaan anak-anak mereka termasuk salah sebab dan merupakan
pintu kebaikan. Dan sebuah khobar yang cukup baik berkaitan dengan hal
ini adalah riwayat bahwa Fudhoil Bin ‘Iyadh -imam masjidil harom di
zamannya- berkata:
“Ya Allah sesungguhnya aku telah bersungguh-sungguh untuk mendidik
putraku Ali, namun aku tak dapat mendidiknya, maka didiklah ia oleh-Mu
untukku”. Maka berubahlah keadaan putranya sehingga menjadi salah satu
orang saleh terbesar di zamannya dan ia mati pada waktu sholat fajr
ketika imam membaca firman Allah:
وَلَوْ تَرَىَ إِذْ وُقِفُواْ عَلَى النَّارِ فَقَالُواْ يَا لَيْتَنَا نُرَدُّ
“Dan jika kamu (Muhammad) melihat ketika mereka dihadapkan ke neraka,
lalu mereka berkata: “Kiranya kami dikembalikan (ke dunia)..”
(Q.S.6:27)
[Lihat: Siyaru a'laamin nubalaa` (8/390)]
Rasulullah shollallahu’alayhiwasallam telah mengajari kita untuk
berlindung kepada Allah dari segala fitnah. Dan demikian juga hendaknya
anak-anak itu diajari do’a-do’a dan mereka dituntun untuk mengucapkan
do’a yang semoga Allah memberikan manfaat untuk mereka dengan do’a
tersebut.
Dan ketika Yusuf ‘alayhissalam diuji dengan fitnah wanita, ia berkata:
قَالَ رَبِّ السِّجْنُ أَحَبُّ إِلَيَّ مِمَّا يَدْعُونَنِي إِلَيْهِ
وَإِلاَّ تَصْرِفْ عَنِّي كَيْدَهُنَّ أَصْبُ إِلَيْهِنَّ وَأَكُن مِّنَ
الْجَاهِلِينَ . فَاسْتَجَابَ لَهُ رَبُّهُ فَصَرَفَ عَنْهُ كَيْدَهُنَّ
إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
Yusuf berkata: “Wahai Tuhanku, penjara lebih aku sukai daripada
memenuhi ajakan mereka kepadaku. Dan jika tidak Engkau hindarkan dari
padaku tipu daya mereka, tentu aku akan cenderung untuk (memenuhi
keinginan mereka) dan tentulah aku termasuk orang-orang yang bodoh.”
Maka Tuhannya memperkenankan do’a Yusuf dan Dia menghindarkan Yusuf dari
tipu daya mereka. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui.” (Q.S.12:33-34)
Dan Allah menjelaskan bahwa sebab diperkenankan-Nya do’a Yusuf adalah
karena Ia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Sehingga orang yang
beriman mengetahui bahwa kalau ia berdo’a kepada Allah dengan
sungguh-sungguh, maka sesungguhnya Allah itu Maha Dekat dan Maha
mengabulkan.
* Terus menerus memberikan anak putri tersebut arahan dan peringatan
dengan cara yang sesuai, secara langsung atau dengan sindiran sesuai
yang dibutuhkan oleh keadaan. Karena hati itu seringkali lalai dan
sadarnya adalah dengan nasehat dan peringatan, dan peringatan itu akan
bermanfaat bagi orang-orang yang beriman.
* Mengarahkannya untuk baik-baik memilih sahabat. Karena persahabatan
itu memiliki pengaruh yang besar dalam perilaku, pemikiran dan
sebagainya. Dan dalam hadis: “Seseorang itu sesuai dengan akhlak
kholil-nya (sahabat karib yang dicintainya -pent). Maka hendaknya
masing-masing kalian memperhatikan siapa orang yang ia jadikan sebagai
kholil-nya”.
* Menjauhkan rumah dari sarana-sarana yang merusak dan menghancurkan.
Sesungguhnya sekian banyak saluran-saluran televisi dan sekian banyak
situs-situs internet itu lebih banyak menghancurkan daripada membangun,
dan lebih banyak membahayakan daripada memberi manfaat serta lebih
banyak merusak daripada memperbaiki. Berapa banyak sudah kehormatan yang
terenggut karenanya, dan berapa banyak sudah kemuliaan yang ternodai
karenanya, maka keselamatan itu akan diperoleh dengan menjauhkan diri
dari sarana-sarana kerusakan itu. Dan keselamatan itu tidak dapat
dihargai seberapapun. Kalau sarana-sarana ini ada di dalam rumah, maka
hendaknya kepala keluarga tersebut memperhatikan jangan sampai
sarana-sarana tersebut sedemikian terbuka lebar untuk keluarganya,
sehingga mereka bisa mengikuti acara apapun saja yang mereka mau, dan
berhubungan dengan suatu jaringan kapanpun mereka mau. Karena dengan
begitu mereka akan membahayakan diri mereka sendiri dengan suatu bahaya
besar. Demikian juga dengan alat-alat komunikasi, handphone, yang kini
tidak sekedar sarana komunikasi semata akan tetapi sudah jauh lebih
dari itu. Karena satu perangkat saja sudah memiliki perekam suara, alat
foto, penayang film. Dan betapa sering ia digunakan untuk menyebarkan
kekejian.
* Menunaikan kewajiban memberi perhatian. Kesungguh-sungguhan orang
tua dalam memperhatikan putri mereka, dan pengawasan mereka yang terus
menerus terhadapnya merupakan salah satu sebab senantiasa baiknya
keadaan putri mereka itu. Sebagaimana kelengahan dan kendurnya
pengawasan merupakan salah satu sebab ketergelinciran. Maka tunaikanlah
kewajibanmu dengan sungguh-sungguh, jangan izinkan keluargamu
ber-tabarruj dan ber-sufur serta ber-ikhtilat dengan lelaki yang bukan
mahrom, juga bepergian tanpa mahrom. Para wanita itu hanya akan berani
melakukan semua itu kalau mereka melihat wali mereka tidak peduli dan
menyepelekan.
* Dan berhati-hatilah dari renggangnya tali ikatan kekeluargaan.
Sekian banyak keluarga mengeluhkan lemahnya ikatan di antara anggota
suatu keluarga. Masing-masing mereka sibuk dengan dirinya sendiri. Sang
ayah di sini dan sang ibu di sana dan anak-anak ada di alam khusus
mereka sendiri-sendiri. Sudah pasti, kekosongan ini akan melahirkan
problem-problem besar akan tetapi ia tumbuh sedikit demi sedikit seiring
berjalannya waktu hingga tiba hitungan nol dan terjadilah ledakan dan
tersadarlah keluarga itu akan tetapi setelah lewat waktunya.
* Jangan engkau mengira, wahai saudaraku sesama muslim, bahwa bahaya
yang mengancam para wanita hanya berupa bahaya penyimpangan moral
dengan terjatuh pada kekejian-kekejian atau obat-obatan terlarang dan
semisalnya. Akan tetapi ia juga terancam dengan bahaya yang lain, yaitu
bahaya pemikiran. Para wanita itu terancam jeratan firqoh-firqoh yang
hancur yang dikhabarkan oleh Rasulullah shollallahu’alayhiwasallam dan
yang mencapai jumlah 73 firqoh. Berapa banyak wanita sekarang yang
menganut paham Khowarij dan berpengaruh pada suami, anak dan murid
mereka?! Berapa banyak wanita yang menyandang akidah sufi, mendirikan
majelis dan perayaan sufi yang tidak pernah Allah turunkan dalil
tentangnya!? Dan berbagai bentuk pelanggaran sunnah lainnya.
Hal ini mengharuskan para kepala keluarga untuk berhati-hati dan
mawas diri dengan memperhatikan sumber-sumber makanan pemikiran yang
mengisi qalbu dan hati keluarganya.
Demikianlah dan aku memohon hidayah dan kebaikan serta keistiqomahan
kepada Allah untuk seluruh kaum muslimin dan muslimat, sebagaimana aku
memohon kepada Allah agar Ia memberikan tawfiq kepada para wanita
muslimah untuk berkomitmen dengan agama mereka dan berdiri kokoh di atas
manhaj yang benar. Dan agar Ia melindunginya dari segala fitnah yang
menyesatkan, yang zahir maupun yang batin. Wal hamdu lillaahi robbil
‘aalamiin.
( Oleh: Asy Syaikh Dr Ali Bin Yahya Al Haddaadiy )
0 comments:
Posting Komentar