Pendidikan Anak Secara Islami
Akal sebagai tempat perbendaharaan Ilmu pengetahuan bagi manusia, maka akal akan mendapat masukan ilmu pengetahuan yang datangnya dari tiga sumber: pertama dari pendengaran, kedua dari penglihatan dan ketiga terbit di dalam hati. Manusia bisa memasukkan ilmu pengetahuan bagi akalnya dari tiga sumber tersebut, yakni dengan membaca, mendengarkan dan melaksanakan ibadah atau mujahadah di jalan Alloh sebagai pelaksanaan takwallah. Jalan yang ketiga inilah yang akan menjadi fokus pembicaraan dalam paparan ini. Allah Ta’ala telah menegaskannya dengan firman-Nya:
وَاتَّقُوا اللَّهَ وَيُعَلِّمُكُمُ اللَّهُ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
Dan bertakwalah kepada Allah; Allah mengajarmu; dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. QS:2/282.
*********
Allah SWT berfirman:
وَاللَّهُ أَخْرَجَكُمْ مِنْ بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ لَا تَعْلَمُونَ شَيْئًا وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَالْأَفْئِدَةَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
“Dan Allah mengeluarkan kamu dari
perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi
kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur”. QS:16/78.
Manusia dilahirkan oleh ibunya dalam
keadaan tidak mengetahui apa-apa, hal itu disebabkan karena saat itu
alat-alat mekanik yang nantinya berfungsi sebagai indera-inderanya belum
berfungsi sebagaimana mestinya, sehingga belum ada signal yang
dikirimkan oleh indera-indera tersebut ke dalam bilik akal. Adapun
indera yang pertama berfungsi adalah pendengaran kemudian baru
penglihatan. Seandainya kedua alat mekanik tersebut tidak dapat
berfungsi sebagaimana mestinya, maka selamanya manusia akan tidak
mengetahui apa-apa.
Semisal orang yang tuli sejak lahir, maka
dia hanya dapat mengerti dari apa-apa yang dilihat oleh matanya tapi
tidak dapat mengatakan melalui kata-kata, hal itu karena dia tidak
pernah mendengarkan suara. Meski akalnya mampu memancarkan perintah
supaya dia berbicara, namun alat bicara itu tidak dapat melaksanakan
perintah tersebut karena sedikitpun alat itu tidak pernah dilatih untuk
berbicara. Adapun orang yang buta sejak kecil tapi pendengarannya
sempurna, terkadang dia malah menjadi lebih pintar dan lebih cerdas
daripada orang yang dapat melihat, hanya saja dia tidak dapat menulis
karena sama sekali tidak pernah kenal dengan tulisan.
Dari dua sumber tersebut ilmu pengetahuan
kemudian masuk ke dalam bilik akal dan direkam di dalam memori akal,
itulah yang disebut ilmu lahir atau ilmu rasional. Sedangkan ilmu yang
masuknya ke dalam bilik akal melalui hati atau perasaan disebut dengan
ilmu batin atau ilmu spiritual, atau dengan istilah apa saja dan juga
ada yang mengatakan ilmu laduni.
Ketika anak manusia masih berupa janin
yang ada dalam kandungan seorang ibu, keadaan batin seorang ibu tersebut
sangat berpengaruh bagi pertumbuhan jiwa maupun raga anak yang ada di
dalam kandungan, maka seorang ibu yang sedang mengandung hendaknya
menjaga kestabilan batinnya, meningkatkan kemampuan spiritual dengan
amal ibadah yang ikhlas, baik secara vertikal maupun horizontal, supaya
emosional dan rasional selalu dapat terkontrol dan terkondisi dengan
baik, sehingga dapat memberikan pengaruh positif kepada perkembangan
janin yang sedang dikandungnya tersebut.
Adapun yang dimaksud dengan pendidikan
anak secara islami ialah; Oleh karena jin selalu bekerjasama(bersekutu)
dengan manusia di dalam urusan harta benda dan anak-anak, Allah Ta’ala
mengabarkan hal tersebut dengan firman-Nya:
وَشَارِكْهُمْ فِي الْأَمْوَالِ وَالْأَولَادِ
“Dan berserikatlah dengan mereka pada (urusan) harta dan (urusan) anak-anak.
Maka untuk mempersiapkan anak yang pandai
dan cerdas serta sehat wal afiat – baik ruhani maupun jasmani – secara
islami, persiapan tersebut tidaklah hanya dilakukan saat anak manusia
itu berada di dalam kandungan ibunya saja, karena saat itu boleh jadi
janin tersebut sudah terkontaminasi dengan anasir jin—hal itu akibat
persetubuhan yang tidak dimulai dengan membaca do’a—akan tetapi
seharusnya disiapkan sejak pertama kali seorang suami berhubungan dengan
istrinya. Yakni dimulai dengan berdzikir kepada Allah Ta’ala dengan
membaca basmallah dan do’a sebagaimana yang diajarkan oleh Rasulullah
saw. Hubungan suami istri tersebut tidak dilakukan sekedar sebagai
pelampiasan nafsu syahwat belaka.
Sesungguhnya saat itu adalah saat-saat
yang sangat menentukan bagi kemurnian fithrah calon anak manusia
tersebut. Supaya apabila dari hubungan itu terjadi pembuahan, maka sejak
itu calon anak manusia itu mendapat perlindungan Allah Ta’ala dari
segala upaya syaitan jin, supaya hasil hubungan itu benar-benar bersih
sesuai dengan fithrah yang telah dikehendaki Allah Ta’ala baginya, bukan
sebagai fithrah yang sudah terkontaminasi oleh anasir jin.
Baru setelah itu, seorang ibu yang
mengandung hendaknya selalu mengkondisikan lahir dan batinnya untuk
mempersiapkan akhlak anak yang dikandung itu menjadi akhlak yang mulia
dengan pelaksanaan akhlak yang mulia pula. Tidak hanya sekedar ilmu dan
amal saja, dan hendaknya bapak dan ibunya jangan terjebak melaksanakan
wirid-wirid khusus yang kadang-kadang justru akan mewariskan karakter –
bagi anaknya – yang tidak diinginkan sebagai dampak pelaksanaan amalan
tersebut ketika pelaksanaan amalan tersebut karena cenderung hanya
memperturutkan kemauan nafsu syahwat belaka. Maka jika hendak
mengamalkan wirid-wirid, hendaknya dibimbing oleh guru ahlinya. Anak
kita adalah amanat yang terbesar dari-Nya, maka jangan sampai hidupnya
kelak menjadi sia-sia. Hanya Allah Ta’ala yang mampu mentarbiyah
hamba-hamba-Nya. Allah Ta’ala telah menegaskan dari sabda Rasulullah saw
prihal rahasia pendidikan anak secara batin ini dengan firman-Nya:
إِنَّ وَلِيِّيَ اللَّهُ الَّذِي نَزَّلَ الْكِتَابَ وَهُوَ يَتَوَلَّى الصَّالِحِينَ
“Sesungguhnya Pentarbiyahku adalah Allah
yang telah menurunkan Al Kitab (Al Qur’an) dan Dia yang akan mentarbiyah
orang-orang yang saleh”. QS:7/196.
Jika fithrah janin itu terlanjur
terkontaminasi anasir jin, maka sejak saat itu berarti yang akan ikut
andil menjadi guru calon anak tersebut adalah jin yang sudah
menguasainya, dengan cara mengirimkan perintah berupa signal-signal yang
dipancarkan setiap saat kepada janin itu. Akibatnya, apa saja yang
dapat diupayakan oleh seorang ibu yang sedang mengandung tersebut tidak
dapat membuahkan hasil yang optimal karena sejak itu setan jin sudah
ikut andil dalam pembentukan kepribadian serta karakter dari calon anak
yang ada di dalam kandungan tersebut. Selanjutnya, setelah anak itu
dilahirkan oleh ibunya ia akan terlahir menjadi anak yang mempunyai
kelainan-kelainan pembawaan yang negatif, yang kadang-kadang sulit dapat
dipulihkan kembali.
Anak manusia yang terlahir dengan fithrah
yang sudah tidak murni ini, ketika sudah mulai menginjak usia balita,
biasanya muncul tanda-tanda yang dapat dibaca dari prilaku keseharianya.
Adapun tanda-tanda yang umum adalah seperti apa yang diduga oleh banyak
orang dengan istilah hipper aktif. Anak tersebut terkadang memang
mempunyai kepandaian agak menonjol dibanding dengan teman sebayanya,
akan tetapi dia sulit diatur oleh orang lain. Dia suka bertindak
semaunya sendiri sehingga banyak merepotkan orang yang ada di
sekitarnya.
Memang keberadaan anak tersebut tidak
sebagaimana mestinya pada usia anak sebayanya, kadang-kadang mempunyai
inisiatif dan kreatif yang berlebihan dan bahkan mampu berbuat jauh
melebihi usia anak yang lebih tua darinya. Maka yang dikatakan hipper
aktif itu terkadang memang karena fithrah anak tersebut telah
terkontaminasi oleh anasir jin sejak dalam kandungan ibunya, berarti
sejak itu anak tersebut sesungguhnya dalam keadaan sakit akibat gangguan
jin. Kalau sudah demikian keadaannya, sebagai bagian dari pelaksanaan
pendidikan secara islami adalah pelaksanaan aqiqoh oleh kedua orang
tuanya. Oleh karena anak tersebut terlahir dalam kondisi sakit, maka
aqiqoh untuk tujuan pengobatan ini harus dilakukan oleh orang yang
mempunyai keahlian khusus dalam bidang tersebut.
Walhasil, pendidikan anak secara Islami
tersebut bukan hanya dilakukan oleh seorang ibunya saat mengandung
anaknya, tatapi jauh sebelum itu. Yaitu saat suami istri sedang
melaksanakan tugas khsusnya. Tugas bersama itu harus dimulai dengan
membaca do’a-do’a sebagaimana yang diajarkan oleh Baginda nabi s.a.w.
Do’a tersebut sebagaimana yang disampaikan oleh Rasulullah s.a.w dalam
sabdanya berikut ini:
حَدِيثُ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَوْ أَنَّ أَحَدَهُمْ إِذَا أَرَادَ أَنْ يَأْتِيَ أَهْلَهُ قَالَ بِاسْمِ اللَّهِ اللَّهُمَّ جَنِّبْنَا الشَّيْطَانَ وَجَنِّبِ الشَّيْطَانَ مَا رَزَقْتَنَا فَإِنَّهُ إِنْ يُقَدَّرْ بَيْنَهُمَا وَلَدٌ فِي ذَلِكَ لَمْ يَضُرَّهُ شَيْطَانٌ أَبَدًا *
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a
berkata: Rasulullah s.a.w pernah bersabda: apabila seseorang diantara
kamu ingin bersetubuh dengan isterinya hendaklah dia membaca:
بِسْمِ اللَّهِ اللَّهُمَّ جَنِّبْنَا الشَّيْطَانَ وَجَنِّبِ الشَّيْطَانَ مَا رَزَقْتَنَا
Artinya: Dengan nama Allah yang
Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Wahai Tuhanku! jauhkanlah kami dari
setan dan jauhkanlah setan dari apa yang Engkau karuniakan kepada kami.
Sekiranya hubungan antara suami istri
itu ditakdirkan mendapat seorang anak, maka anak tersebut tidak akan
diganggu oleh setan untuk selamanya.
• Riwayat Bukhari di dalam Kitab Nikah hadits nomor 4767.
• Riwayat Muslim di dalam Kitab Nikah hadits nomor 2591.
• Riwayat Tirmidzi di dalam Kitab Nikah hadist nomor 1012.
• Riwayat Abu Dawud di dalam Kitab Nikah hadits nomor 1846.
• Riwayat Muslim di dalam Kitab Nikah hadits nomor 2591.
• Riwayat Tirmidzi di dalam Kitab Nikah hadist nomor 1012.
• Riwayat Abu Dawud di dalam Kitab Nikah hadits nomor 1846.
Pengalaman penulis dalam menangani dan
melaksanakan usaha penyembuhan bagi orang sakit akibat gangguan jin,
baik penyakit yang menyerang kesadaran seperti orang kesurupan jin,
maupun yang menyerang jasad sebagaimana yang diduga oleh para orang
pintar atau paranormal dan dukun sebagai akibat terkena santet atau
sihir, semuanya itu hampir dapat dipastikan penyebab awalnya karena
orang yang sakit itu belum di-aqiqohi oleh kedua orang tuanya.
Setelah aqiqoh tersebut dilaksanakan,
dengan izin Alloh pekerjaan penyembuhan mendapat kemudahan sehingga
orang yang sakit juga mendapat kesembuhan dari-Nya. Itulah hikmah
syari’at, yang terkadang orang yang melakukannya tidak memahami rahasia
yang tersimpan di dalamnya. Ternyata tujuan syari’at tersebut hanya
untuk kepentingan orang yang melaksanakannya.
Investasi Tanah, Hanya 15 Ribu Rupiah. Mau? http://masterbiznet.com/?reg=abyhaniev
Investasi Tanah, Hanya 15 Ribu Rupiah. Mau? http://masterbiznet.com/?reg=abyhaniev
0 comments:
Posting Komentar