Dalam sejumlah besar bangunan orang dahulu, data akurat yang
tersembunyi acap kali membuat manusia modern sangat takjub, sebenarnya
dari manakah kecerdasan mereka itu?
Kota kuno yang terkenal di benua Amerika yaitu Teotihuacan, ada
sebuah jalan raya yang luas membujur dari utara ke selatan, disebut
sebagai ‘jalan raya akhirat’ yang lebih dikenal dengan Evenue of the
Dead. Ia memiliki nama yang demikian aneh, adalah karena ketika pada
abad ke-10 bangsa yang paling dulu datang di tempat itu yakni bangsa
Aztec, ketika menelusuri jalan raya dan memasuki kota kuno itu,
mendapati segenap kota tidak ada seorang pun, mereka mengira bahwa
bangunan di kedua sisi jalan raya adalah makam para dewa, maka mereka
memberinya nama tersebut.
Tahun 1974, dalam rapat internasional bangsa Amerika yang diadakan di
Mexico, seorang yang bernama Sir Harriston mengatakan, bahwa di
Teotihuacan ia menemukan sebuah satuan pengukuran yang cocok untuk semua
bangunan dan jalan raya. Melalui perhitungan dengan menggunakan
komputer elektrik, panjang satuan tersebut adalah 1059 M. Seperti
misalnya, Kuil Bulu Ular, Piramida Rembulan dan Piramida Matahari di
kota Teotihuacan, tinggi masing-masing adalah 21, 42, dan 63 satuan,
perbandingannya adalah 1:2:3.
Harriston memakai ’satuan’ tersebut mengukur tempat peninggalan
piramid dan kuil dewa yang berbeda di kedua sisi jalan raya akhirat,
menemukan suatu hal yang lebih menakjubkan, jarak bekas-bekas
peninggalan di atas jalan raya akhirat itu, persis menandakan data orbit
planet sistem tata surya. Di dalam bekas reruntuhan Kuil Dewa Kota,
jarak bumi dan matahari adalah 96 satuan, dengan bintang Mercuri 36
satuan, bintang Venus 72 satuan, dan bintang Mars 144 satuan. Di
belakang kastil terdapat sebuah terusan yang digali bangsa Teotihuacan,
garis sumbu pada kastil terusan adalah 288 satuan, persis merupakan
jarak jalur planet kecil antara bintang Mars dan bintang Jupiter. Di
satuan 520 garis sumbu ada sebidang reruntuhan kuil dewa yang tidak
bernama, dan itu setara dengan jarak dari Matahari ke bintang Mars.
Melalui 945 satuan lagi, ada lagi sebuah bekas peninggalan kuil dewa,
itu adalah jarak dari bintang Saturnus ke Matahari, melewati lagi 1.845
satuan maka tibalah di ujung jalan raya akhirat di pusat piramid
rembulan, dan itu persis adalah data lintasan bintang Uranus. Jika garis
lurus jalan raya akhirat diperpanjang lagi, maka tibalah di puncak
gunung Sailoketuo, di sana ada sebuah kuil kecil dan sebuah menara,
fondasi menara masih ada. Jaraknya masing-masing adalah 2.880 dan 3.780
satuan, tepat merupakan jarak orbit bintang Neptunus dan planet Pluto.
Jika semua ini adalah suatu yang kebetulan, jelas membuat orang sulit
untuk meyakininya. Jika ini merupakan rencana yang disadari oleh para
pembangun, maka jalan raya akhirat jelas dibangun menurut contoh sistem
tata surya, dan dipastikan para desain Teotihuacan sejak awal telah
memahami seluruh kondisi peredaran planet sistem tata surya, sekaligus
memahami data orbit antar-Matahari dengan setiap planet. Namun, manusia
baru menemukan bintang Uranus pada tahun 1781, pada tahun 1845 baru
menemukan bintang Neptunus, dan pada tahun 1930 menemukan planet Pluto.
Kalau begitu, pada zaman prasejarah, di mana saat bumi baru saja
terpisah dari surga alam semesta mulai berkembang dari keadaan kacau
balau, tangan manakah yang tidak terlihat itu, telah memberi petunjuk ke
semuanya ini pada orang-orang untuk membangun Teotihuacan?
0 comments:
Posting Komentar