Israil merupakan suatu kaum pembunuh para nabi, bahkan
dalam suatu kisah, kaum Yahudi ini dikatakan telah membunuh 300 nabi Allah yang
berasal dari kaumnya sendiri, termasuk Nabi Zakaria a.s. yang dibelah dari atas
kepala dan seluruh badannya hingga menjadi dua, memenggal kepala Nabi Yahya
a.s., serta mencoba membunuh Nabi Isa a.s. Mereka juga telah berniat mencelakai
Nabi Musa a.s., berupaya membunuh Nabi Yusuf a.s. yang diceburkan ke dalam
sumur, dan juga melakukan percobaan pembunuhan terhadap Rasulullah SAW. Tidak
salah jika dikatakan bahwa kaum Yahudi adalah kaum pembunuh para nabi.
Tabiat Yahudi yang selalu cenderung memusuhi jalan ketauhidan, memerangi para Nabi Allah, menjadikan kaum ini sahabat bagi iblis. Sejak membangkang perintah Allah SWT agar semua mahluk bersujud kepada Adam a.s., dan kemudian menggoda Siti Hawa agar membujuk Adam supaya mau memakan buah khuldi yang dilarang Allah SWT, iblis diberi hukuman agar meningalkan surga dan berkelana di bumi hingga hari akhir. Iblis pun meminta izin agar selama hayat manusia, iblis diperbolehkan untuk menyesatkan umat manusia keturunan Adam dari jalan ketauhidan hingga akhir zaman.
Iblis memperoleh izin untuk itu. Sejak itulah, terjadi pertentangan di bumi ini antara pasukan Allah (al-haq) melawan pasukannya iblis (al-bathil).
Bani Israil yang selalu saja memusuhi para Nabi Allah
tentunya masuk ke dalam barisan pasukan iblis. Kaum ini sejak awal telah
mendurhakai Musa a.s. dan lebih memilih Samiri, seorang tukang sihir Kabalis,
sebagai pemimpinnya. Kecenderungan Bani Israil kepada ilmu sihir dan segala hal
yang bernuansa kegelapan yang sesungguhnya berasal dari ajaran iblis yang
diwarisi kelompok-kelompok purba penyembah api dan ular (Brotherhood of the
Snake), menjadikan Bani Israil sebagai bagian dari kelompok tersebut.
Taurat Musa mereka rusak dan mereka buang. Mereka
kemudian menggantinya dengan kitab Talmud, sebuah kitab hitam yang banyak
melecehkan para Nabi dan Allah SWT sendiri, dan meyakini Talmud lebih suci dan
lebih utama ketimbang Taurat Musa.
Ideologi Talmud inilah yang di kemudian hari melahirkan
gerakan Zionisme di mana kita bisa melihat faktanya saat berlangsung perang
antara Zionis-Israel melawan Hizbullah tahun 2006 lalu, beredar foto-foto di
berbagai media dunia yang memperlihatkan betapa para tentara Zionis selalu
mendaras Talmud saat melakukan serangan atau pemboman musuh-musuhnya. Setiap
melakukan perang, kaum Yahudi Talmudian ini selalu saja membawa Talmud dan
meyakini dengan sepenuh hati bahwa peperangan yang tengah mereka lakukan adalah
peperangan suci yang meninggikan ajaran Lucifer, Sang Iblis, yang oleh kaum
Yahudi Talmudian dianggap sebagai “Cahaya di atas Cahaya” dan untuk
menghancurkan musuh-musuh iblis itu sendiri.
Kejahatan
Yang Terorganisir
Kaum Yahudi Talmudian merupakan kaum yang berada di
dalam barisan iblis, di dalam kebathilan. Ini sudah jelas dan tak terbantahkan.
Hanya saja, kaum Yahudi memiliki sejumlah kelebihan dibanding kaum lainnya.
Banyak kalangan menganggap kaum Yahudi adalah ras manusia super yang diberi
kelebihan genetis berupa otak yang lebih encer ketimbang manusia lainnya.
Hal ini sesungguhnya tidak berdasar sama sekali.
Yang terjadi sesungguhnya bukanlah keistimewaan
genetis, namun keistimewaan berpikir kritis dan tradisi yang mereka pelihara
sepanjang sejarah sebagai bangsa yang memang ditakdirkan untuk mengembara dari
satu daerah ke daerah lainnya.
Ibrani, sebutan lain bagi kaum Yahudi, berasal dari
bahasa Arab yang memiliki arti “selalu berpindah tempat” atau secara harfiah
berarti “kaum yang menyeberang”.
Ini dikemukakan Dr. Wilson yang menyatakan bahwa
istilah ‘Ibrani’ lebih tepat dinisbatkan kepada asal-muasal bangsa Yahudi itu
sendiri. “Bangsa Israel pada dasarnya adalah bangsa nomaden yang hidup di
padang pasir dan tidak menetap di suatu tempat. Mereka selalu berpindahpindah dari
suatu tempat ke tempat lainnya,
dengan membawa serta ternak, onta, dan binatang-binatang
peliharaannya, guna mencari tempat yang cukup banyak air dan rumput. Sebab itu,
istilah ibri sesungguhnya lebih tepat berasal dari bahasa Arab yangberbunyi ‘a-ba-ra’ yang memiliki pengertian melakukan
perjalanan dengan menyeberang lembah atau sung ai,” demikian Dr. Wilson (Tarikh al-Lughat al-Samiyah).
“Kalimat ibri itu sendiri sama artinya dengan istilah ‘badawi’ (badui) dalam
bahasa Arab,” terangnya.
Sejarawan Charles Kent ( ‘History of The Hebrew People’) mengatakan jika kondisikondisi internal bangsa Ibrani tersebut menyebabkan mereka secara turun-temurun merasakan adanya rasa keterasingan yang lalu menjadikan mereka sebagai bangsa yang tertutup, dan selalu mencurigai orang-orang di luar mereka sepanjang sejarah, serta
menjadikan bangsa-bangsa lain di sekitarnya sebagai
musuh. Ini menyebabkan mereka tidak mengikatkan loyalitasnya kepada tanah atau
negeri yang menyatukan mereka dengan bangsa-bangsa lain. Loyalitas mereka hanya
ditujukan kepada kelompoknya saja, maka jadilah kelompok tersebut, tanah air
dan agama mereka yang selalu disucikan. Sebab itulah, mereka sangat kuat
memegang sejarah kaumnya dan selalu belajar dari sejarahnya.
Hal ini tidak dimiliki oleh kaum lainnya, termasuk
umat Islam yang secara ironis, sekarang ini mengalami kekalahan peradaban di
pentas dunia. Dengan sangat rapi, terorganisir, dan ulet, kaum Yahudi menguasai
simpul-simpul kekuatan duniawi hingga sekarang. Ini dilakukan mereka dari
generasi ke generasi sepanjang abad dan millennium. Dari konspirasi ke
konspirasi lainnya, dari peperangan ke peperangan lainnya. Inilah kelebihan
mereka, yang berpegang pada ajaran Iblis namun bisa mengorganisasikan diri
dengan sangat baik sehingga dewasa ini mereka bisa mencengkeram dunia dengan
kuku-kukunya yang menjangkau semua negeri. Bagaimana dengan kita?
0 comments:
Posting Komentar