Diare
merupakan penyakit yang lazim ditemui pada bayi maupun anak-anak.
Menurut WHO, diare merupakan buang air besar dalam bentuk cairan lebih
dari tiga kali dalam satu hari, dan biasanya berlangsung selama dua
hari atau lebih. Terkadang orang tua kerap bertanya-tanya apakah
bayinya mengalami diare. Pada anak-anak, konsistensi tinja lebih
diperhatikan daripada frekuensi BAB, hal ini dikarenakan frekuensi BAB
pada bayi lebih sering dibandingkan orang dewasa, bisa sampai lima kali
dalam sehari. Frekuensi BAB yang sering pada anak belum tentu dikatakan
diare apabila konsistensi tinjanya seperti hari-hari pada umumnya.
Seorang ibu dapat mengetahui kapan anaknya terkena diare, dan
bergantung pada situasi anak.
Diare dapat menyebabkan
seseorang kekurangan cairan. Penyebab diare bermacam-macam, diantaranya
infeksi (bakteri maupun virus) maupun alergi makanan (khususnya susu
atau laktosa). Diare pada anak harus segera ditangani karena bila tidak
segera ditangani, diare dapat menyebabkan tubuh dehidrasi yang bisa
berakibat fatal.
Seperti yang telah disebutkan di atas, banyak hal yang dapat
menyebabkan diare. Bila bayi maupun anak anda diare, bisa saja
dikarenakan adanya parasit, infeksi bakteri maupun virus, antibiotik,
atau makanan.
- Infeksi virus
Virus yang paling banyak menimbulkan diare adalah rotavirus. Menurut
WHO, rotavirus turut berkontribusi sebesar 15-25% diare pada anak usia
6-24 bulan.
- Infeksi Bakteri
Bakteri seperti Shigella, Vibrio cholera, Salmonella (non thypoid), Campylobacter jejuni maupun Escherichia coli bisa
saja merupakan penyebab diare pada buah hati anda. Anak anda
kemungkinan mengalami diare akibat infeksi bakteri jika diare yang
dialaminya sangat hebat, diikuti dengan kejang, terdapat darah di
tinjanya, serta demam.
- Parasit
Infeksi akibat parasit juga dapat menyebabkan diare. Penyakit giardiasis
misalnya. Penyakit ini disebabkan parasit mikroskopik yang hidup dalam
usus. Gejala giardiasis diantaranya adalah banyak gas, tinja yang
sangat banyak dan berbau busuk, perut kembung, serta diare.
- Antibiotik
Jika anak atau bayi anda mengalami diare selama pemakaian antibiotik,
mungkin hal ini berhubungan dengan pengobatan yang sedang dijalaninya.
Antibiotik bisa saja membunuh bakteri baik dalam usus selama
pengobatan. Konsultasikan pada dokter mengenai hal ini. Namun, jangan
hentikan pengobatan pada anak anda sampai dokter memberikan persetujuan.
- Makanan dan Minuman
Terlalu banyak jus (terutama jus buah yang mengandung sorbitol dan
kandungan fruksosa yang tinggi) atau terlalu banyak minuman manis dapat
membuat perut bayi “kaget” dan menyebabkan diare.
- Alergi Makanan
Alergi makanan merupakan reaksi sistem imun tubuh terhadap makanan yang
masuk. Alergi makanan pada bayi biasa terjadi pada bayi yang mulai
mengenal makanan pendamping ASI. Protein susu merupakan alergen
(penyebab alergi) yang paling umum dijumpai pada bayi. Selain protein
susu, alergen yang umum dijumpai adalah telur, kedelai, gandum, kacang,
ikan, dan kerang-kerangan. Konsultasikan pada dokter jika anda
mencurigai ananda memiliki alergi makanan. Alergi makanan dapat
menyebabkan berbagai reaksi (salah satunya adalah diare) dalam waktu
singkat maupun setelah beberapa jam.
- Intoleransi Makanan
Berbeda dengan alergi makanan, intoleransi makanan tidak dipengaruhi
oleh sistem imun. Contoh intoleransi makanan adalah intoleransi laktosa
(sangat jarang ditemukan pada bayi). Bayi yang mengalami intoleransi
laktosa, artinya bayi tersebut tidak cukup memproduksi laktase, suatu
enzim yang dibutuhkan untuk mencerna laktosa (yaitu gula dalam susu
sapi dan produk susu lainnya). Gejala seperti diare, perut kembung, dan
banyak gas bisa terjadi bila laktosa tidak terurai. Gejala biasanya
muncul sekitar satu atau dua jam setelah mengkonsumsi produk susu.
Diare mudah dicegah antara lain dengan cara:
- Mencuci
tangan pakai sabun dengan benar pada lima waktu penting yaitu sebelum
makan, setelah buang air besar, sebelum memegang bayi, setelah
membersihkan anak dari BAB, dan sebelum menyiapkan makanan
- Makanan Sehat
Makanan dapat terkontaminasi oleh penyebab diare pada tahap produksi
dan persiapan, dan penyimpanan. Masaklah makanan dengan benar, pisahkan
makanan yang telah dimasak dan yang belum dimasak, pisakan pula makanan
yang telah dicuci bersih dan yang belum dicuci, dan jaga makanan dari
serangga seperti lalat.
- Meminum
air minum sehat, atau air yang telah diolah, antara lain dengan cara
merebus, pemanasan dengan sinar matahari atau proses klorinasi
- Pengelolaan sampah yang baik supaya makanan tidak tercemar serangga (lalat, kecoa, kutu, lipas, dan lain-lain)
- Buang air besar dan air kecil pada tempatnya
- Makan dan Minum
Untuk bayi dan balita yang masih diberi ASI, teruskan minum ASI (Air
Susu Ibu). Bagi anak yang sudah tidak minum ASI, makan dan minum
seperti biasa untuk menggantikan cairan tubuh yang hilang
- Garam Oralit
Berikan oralit untuk menggantikan cairan tubuh yang hilang. Perlu
diperhatikan bagi orang tua mengenai cara pemberian oralit yang benar.
Caranya adalah minum segelas oralit sedikit demi sedikit, dua sampai
tiga teguk, kemudian berhenti selama tiga menit. Hal ini harus diulang
terus menerus sampai satu gelas oralit habis. Minum oralit satu gelas
sekaligus dapat memicu muntah dan buang air besar.
- Segera
periksakan anak ke dokter bila diare lebih dari 12 jam atau bila bayi
anda tidak mengompol dalam waktu 8 jam, suhu badan lebih dari 39°C,
terdapat darah dalam tinjanya, mulutnya kering atau menangis tanpa air
mata, dan luar biasa mengantuk atau tidak ada respon.
|
0 comments:
Posting Komentar